Journalnews.id.
Cirebon, – Sehari Jelang Pelaksaan Pilkades ( pemilihan kuwu) serentak di kabupaten Cirebon diwarnai dinamika adat kearifan lokal, seperti Pemasangan sesajen dengan media Kemenyan. ini merupakan salah satu adat tradisi yang tidak bisa dihilangkan dalam pelaksanaan Pesta Demokrasi di tingkat Desa, atau biasa disebut Pemilihan Kuwu ( Pilwu).
Menjelang Pelaksaan Pilwu serentak di kabupaten Cirebon, berbagai upaya dilakukan oleh masing – masing calon kuwu untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari masyarakatnya.
Selain upaya sosialisasi yang dilakukan oleh para calon kuwu, calon kuwu juga biasanya menggunakan unsur Kemenyan sebagai salah satu upaya agar tidak diserang oleh pihak lawan lewat jalur megis atau Mistik.
Hal tersebut dibenarkan oleh salah satu tokoh spiritual pawang hujan asal desa pegagan kidul Suganda, Suganda mejelaskan” Membakar kemenyan adalah salah satu tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Cirebon. manakalah mau menjalankan hajat apa pun termasuk dalam pilwu jelang pencoblosan.
“Pembakaran kemenyan ini merupakan adat tradisi dan budaya yang ada di Cirebon sejak jaman dulu dari warisan nenek moyang kita,” Ujar Suganda sosok Piawai Pawang Hujan kepada wartawan, Sabtu (21/10/2023)
Lanjutnya, Suganda menjelaskan” Untuk bisa memenuhi hajat dan terpilih sebagai kepala desa atau kuwu, biasanya para calon kuwu tidak hanya menggunakan media membakar kemenyan saja, tapi ada juga yang menggunakan media Ayam Jago ( ayam jantan).
Masyarakat mempercayai kalau ayam jago yang sering bersuara maka calon itu, akan menang dan begitu sebaliknya, katanya
“Dirinya berharap kepada masyarakat tidak terlalu jauh mempercayai hal hal yang tabu, dan kita juga harus mengembalikanya kepada Allah SWT. Karena jadi tidaknya seseorang menjadi kuwu itu, sudah ditakdirkan. Namun kita semua tidak mengetahui Takdir itu,” Semoga dalam Pelaksaan Pilwu di tahun 2023 ini bisa berjalan dengan aman, lancar, dan Kondusif, ” Imbuhnya
Laporan; Wadira