JOURNAL NEWS – Asa ancaman ke warga, namun bukan dari pengancamnya langsung, hanya sudah lebih dari 5 orng yang menyebut sekdes dan dirinya (H. Dedi) yang akan pertama diteluh (praktek spiritual).
“Nah kalau teluh itu istilah dalam kepercayaan tradisional Indonesia yang merujuk pada praktik spiritual atau magis (serangan jarak jauh),” aku Dedi.
Masih diungkapkan H. Dedi Khoerudin, setelah menjabat sebagai kepala desa (Kades) saudara berinisial H masih menjalankan dugaan praktek rentenir.
“Bahkan pada saat jam kerja kades melakukan penagihan kepada warga,” ucapnya kepada awak media menginformasikan, Jumat (5/4/2024) pagi.
Artinya, lebih lanjut ia menjelaskan, yang menjadi nasabah rentennya. Pada saat audiensi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten (Pemkab) Cianjur yang diwakili oleh Asda 1 (Arief).
“Nah! Nasabah renten dihadirkan sebagai bukti kepada bupati,”
papar H. Dedi.
Bahwa, ia menyampaikan oknum kades H sudah melanggar kode etik sebagai pejabat publik.
“Praktek rentenir jelas haramkan oleh Agama Islam,” terang H. Dedi,
Jal sama diungkapkan dia, apalagi telah banyak korban yang mengalami kerugian akibat renten. Dan, Alada beberapa orang yang hanya meminjam uang tidak seberapa. Namun kehilangan harta benda
“Nah! Seperti halnya dugaan dirampas tanah,” ujar H. Dedi.
Timpalnya, bahkan rumahnya ataupun aset lainnya akibat tidak mampu membayar bunga yang begitu tinggi
“Maka dari itu salah satu harapan warga Sukatani agar praktek rentenir dihilangkan,” harap H. Dedi mewakili warga setempat yang takut akan ancaman oknum kades.
Terakhir, H. Dedi Khoerudi membenarkan ada bukti-bukti banyak di dirinya. Dan, untuk bukti KKN, intimidaai menciptakan keresahan di masyarakat dan lainnya.
“Jujur saja tetap warga menuntut supaya oknum kades tersebut berinisial H ada di Kecamatan Haurwangi segera diberhentikan,” tutupnya, singkat.
Terpisah, namun sayangnya saat dikonfirmasi langsung melalui via WhatsApp (WA) soal adanya ancaman oknum Kades Sukatani berinisial H akan teluh (santet) masih belum memberikan jawaban atau keterangan secara detail betul apa tidaknya dugaan tersebut yang ditudingkan oleh warga setempat.
Bahan, setelah awak media mengubungi beberapa kali, baik itu melalui SMS maupun telepon langsung belum dijawab alias diabaikan (tidak digubris hanya dibaca atau dilihat saja hasil konfirmasi.