CIANJUR, JOURNALNEWS.ID || Sejumlah warga Kampung Ereng, Desa Padajaya keluhkan hasil panen yang semakin berkurang. Hal tersebut diduga karena adanya air limbah dari peternakan ayam yang mengalir langsung ke pesawahan, al hasil kini para petanipun harus merugi.
” Saya punya sawah ga begitu luas paling bisa menghasilkan satu Ton atau lebih, tetapi saat ini penghasilannya hanya 3 kital kadang kurang dan terus saja berkurang,” kata seorang petani yang sempat kami wawancarai, Jumat, (19/5/23).
Ia dan rekannya menduga bahwa hasil panen yang terus berkurang karena adanya air limbah dari peteternakan yang terlalu banyak mengalir.
” Kalo di pohonnya ( batang padi ) itu memang bagus tapi kalo di padinya itu hapa ( tidak ada isi ) jadi hasil panennya tidak memuaskan,” cetusanya.
Ia juga menyampaikan bahwa bukan dirinya saja yang mengalami nasib serupa. Namun ia menyebutkan bahwa ada banyak petani mengeluhkam hal yang sama.
” Keluhannya sama, kadang penghasilannya turun setengah bahkan lebih, ” imbuhnya.
Ia juga menyebutkan bahwa peristiwa gagal panennya tersebut bukan kali ini saja namun sudah beberapa kali diakaminya.
” Atos lami, (sudah lama) tandasnya.
Ia meyakinkan jika sebelum ada ternak tersebut penghasilan (panen) normal.
” Nah! Setelah ada itu penghasilan panennya jadi jelek,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan jika pihaknya belum pernah mendatangi peternakan tersebut.
” Kalo untuk rencana mendatangi peternakan tersebut sudah ada namun belum sempat karena belum kumpul semua. Karena kalo peroranganmah belum siap,” kata dia.
Ia berharap peteternakan dapat segera memperbaiki Instalasi Pengolahaan Air Limbah agar warga tidak lagi merugi.
” Paling tidak pihak peternakan bertemu dengan kami dan berkumpul memecahkan masalah tersebut, mencari solusi terbaik,” harapnya.
Sementara Kepala Balai Penyuluh Pertanian UPTD Wil IV Cikalongkulon, Hari Kuntiantoro, mengatakan bahwa bisa saja kotoran ayam yang berlebihan dapat mempengaruhi kualitas tanaman padi, karena dalam kotoran hewan yang masih baru mengandung karbon (metana) dan itulah yang bisa saja menyebabkan tanaman bisa cepat mati atau kering.
” Memang benar Kalo dari kami dari pihak pertanian, karena apa? Karena dalam kotoran hewan yang baru atau istilahnya yang masih panas itu mengandung karbon ada metana, itu yang menyebabkan tanama bisa cepat mati, bisa kering, kalo misalkan terus menerus terdapat di situ, memang keliatan pertama tanamannya bagus hijau tapi kalo untuk padi biasanya dia gabuk gak berbuah atau kempos karena tadi kebanyakan urea,” jelas Hari.
Seperti halnya di pasir tengah, sambung Heri, dulu sekitar tahun 2010 di daerah citampele, sampai ke Desa Gudang tercemar sama limbah kotoran sapi yang baru dialirkan ke saluran pembuangan bak, di kolam, di sawah banyak terdampak. Namun saat itu juga pihak PT. Pasir Tengah langsung mengantisipasi dengan membuat IPAL yang lebih Modern. Sehingga saat ini di daerah tersebut sudah tidak ada lagi limbah yang mencemari lingkungan.
” Nah! sekarang yang kedua saya juga baru tau dari rekan rekan media bahwasanya ada juga yang di Kampung ereng,” ucapnya.
Hari menyesalkan jika memang benar adanya hal seperti itu, karena dapat mempengaruhi tanaman padi, sayuran dan tanaman musiman lainnya.
” Saya sendiri juga belum lihat tapi kalo misalkan bener itu adanya, ya memang salah satu akibatnya itu bisa mempengaruhi tanaman, seperti padi, sayuran yang tanaman musiman,” ungkapnya.
Hari menjelaskan bahwa tidak hanya di Kotoran sapi, tetapi kotoran pada ayam juga itu mengandung Biogas.
” Kalo kotoran sapi atau ayam yang mengunakan pakan kimia itu kan mengandung gas, kalo di sapi itu makanya kenapa dipake dulu biogasnya itu karena diambil dulu biogasnya jadi gasnya dialirkan dulu, kalo punya reaktor gasnya disimpan dulu dan nanti dialirkan untuk penerangan dan untuk kompor juga bisa. Tapi kalo dia langsung dilairkan ke sawah itu menimbulkan panas,” jelasnya.
Ia menerangkan bahwa selain pada kotoran sapi, kotoran ayam juga dapat mengandung biogas.
” Sekarang gini aja, kotoran ayam kampung dan kotoran ayam yang menggunakan layer perbedaannya gimana, perbedaan baunya berbeda pasti kan. Kalo kotoran ayam biasa baunya seminggu juga sudah kering dan biasa, tapi kalo kotoran ayam pedaging atau petelur dipeternakan baunya sangat menyengatkan,” terangnya.
Kendati demikian, Hari masih belum bisa menyimpulkan permasalahan pertanian di Kampung Ereng tersebut, karena petugas PPL Padajaya masih dalam kondisi sakit.
” Nah itu tadi kalo misalkan itu dari kotoran kelemahannya disini, apalagi kalo berbulan bulan lamanya nitrogen dalam kotoranya makin banyak disana, memang daunya hijau, rimbun, karena gembur. Namun ternyata untuk buah gak ada alias kempos atau bisa jadi banyak keserang kresek, daunnya cepet menguning dan kering,” paparnya.
Hari pun memberikan edukasi lewat wawancaranya, ia menerangkan jika pupuk kandang yang baik sebelum digunakan harus dipermentasi terlebih,
” Jika ingin baik dan bagus harus permentasi dulu gak bisa langsung. Jadi sama kaya kotoran sapi, kotoran kambing, itu ada istilahnya pengomposan dulu. Tapi kalau untuk permasalahan di kampung ereng kita juga belum cek karena PPLnya sedang sakit tetapi secepatnya kami akan meninjau ke lokasi,” tutupnya.