CIANJUR , Kesehatan memang masih menjadi barang mewah di negeri ini. Ada orang yang bilang, sehat itu mahal, tapi sakit itu lebih mahal. Menggetirkan, namun itulah faktanya.
Untuk mereka yang tergolong kelas menengah, biaya rumah sakit untuk mereka yang rawat jalan sudah cukup mencekik leher. Apalagi, untuk mereka yang berasal dari kelas bawah, mereka hanya bisa pasrah saja menunggu adanya uluran tangan yang akan membantu mereka meredakan sakit.
Hal ini lah yang terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cianjur, yang saat ini memakai slogan SOMEAH yakni ‘someah nu matak bungah, someah hade ka semah’. Arti slogan tersebut adalah supaya dokter, perawat, dan bidan bisa melayani masyarakat dengan SOMEAH (ramah, santun, menerima).
Slogan SOMEAH yang di gagas Bupati Cianjur Herman tersebut hanyalah tulisan belaka, fakta di lapangan sangat jauh arti dari SOMEAH itu. Sama saja dengan murid sekolah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang baru belajar menulis. Ungkap Yanyan tokoh masyarakat Cianjur. (29/09/22).
Kebijakan Bupati Herman saat ini, itu tidak berpihak pada warga miskin. Program kerja dia yang di kemas dalam Cianjur Manjur itu hanya tulisan belaka. Buktinya, surat SKTM sekarang ini di RSUD Cianjur itu sudah tidak berlaku. Jauh berbeda dengan kebijakan Bupati Cianjur sebelumnya yakni IRM.
Pada saat IRM menjabat Bupati Cianjur, kebijakan pada warga kurang mampu itu jelas adanya dengan mengalokasikan khusus pada APBD Cianjur peruntukan keringanan maupun gratis total saat warga miskin di rawat di RSUD Cianjur. Terang Yanyan.
Bupati Cianjur Herman saat ini, melarang keras warga miskin untuk sakit. Artinya bagi warga kurang mampu yang tidak punya biaya, jangan berobat dan di rawat di RSUD Cianjur. Hal ini membuktikan bahwa Program Cianjur Manjur itu hanya topeng belaka. Seperti yang saya katakan di pemberitaan sebelum nya.
Ungkapan ‘Orang miskin dilarang sakit di Indonesia’ sudah sejak dulu akrab di telinga kita. Hal itu ternyata ada benarnya. Tegas Yanyan.
Mahalnya biaya rumah sakit dan obat membuat rakyat miskin di Cianjur khususnya, ini tak mampu berobat ke rumah sakit. Kesehatan kini sudah menjadi ladang bagi para kapitalis untuk mencari keuntungan tanpa memikirkan rakyat tak mampu.
Hingga saat ini, masih ada warga Cianjur khususnya yang tergolong miskin menjadi korban arogansi pihak RSUD Cianjur. Masalah ketiadaan biaya menjadi isu utama, Rumah Sakit Cianjur punya aturan baku yang tak bisa dilanggar oleh mereka yang kesulitan biaya. Aturan baku itu bernama uang jaminan.
Rumah Sakit Umun Daerah Cianjur memberlakukan adanya uang jaminan untuk pasien yang tidak mampu dalam hal administrasi keuangan. Tidak ada uang, silakan pasien nikmati sakitnya. Seperti itulah rupanya yang tertanam pada benak semua karyawan RSUD Cianjur. Jika sudah begini, si miskin pun hanya bisa gigit jari. Dia hanya mampu menanti detik-detik kematian yang bakal menjerat lehernya tanpa ampun.
Pertanyaan berikut yang muncul adalah mengapa hanya mereka segelintir orang yang berani berkata lantang untuk memberikan layanan kesehatan gratis dan murah pada masyarakat? Apa kabar dengan Bupati Cianjur saat ini, dan pejabat-pejabat lain yang berkoar membela rakyat pada saat kampanye kemarin.
Apa kabar pula dengan hak-hak pasien yang sering terabaikan? Mereka yang mengalami kasus malapraktik dan seperti kehilangan arah ketika akan melawan. Bagaimana dengan kasus pasien yang justru harus banyak berkorban padahal dia berada di pihak yang benar. Manakah keadilan untuk pasien?
Betapa indahnya mimpi kita semua jika Pemda Cianjur ini dapat memberikan kenyamanan pada warganya berupa kesehatan gratis, pendidikan murah, sampai taraf hidup yang layak. Tentu saja, ini tidak hanya untuk segelintir masyarakat, tetapi berlaku untuk semua warga Cianjur yang sugih mukti.
Semuanya bukan mustahil terwujud. Masalahnya, adakah niat Bupati Cianjur Herman untuk mewujudkan semua itu?
(ANING)