Cianjur,- https//journalnews.id
Semenjak dari tahun 2023 yang lalu, Pemerintah Desa Palasari mencoba ternak lebah madu teuwel istilah bahasa Sunda, atau lebah kelulut, dengan nama lain Galo-galo dan Klenceng bagi orang Jawa. Kurang lebih ada 50 tonggak sarang lebah teuwel, yang ada di pekarangan tanah Desa Palasari, yang di sudah terhuni lebah teuwel dengan tiga varian, termasuk lebah hutan.
Walaupun selama ini masih dalam pembiakan, dari hasil panen madu teuwel yang satu kali dalam sebulan ini belum bisa untuk di pasarkan, dikarenakan dari 50 kurang lebihnya sarang lebah madu tersebut, masih minim menghasilkan madu, dan hanya dalam setiap panen mendapatkan 5 botol plastik, yang berisi 500gr saja.
Menurut Keterangan dari Kepala Desa Palasari H. Ridwan, S.H., kepada media journalnews.id menjelaskan, “Alhamdulillah walaupun masih sedikit hasilnya dari setiap panen, hasilnya bisa membantu keperluan masyarakat Desa Palasari yang membutuhkan, juga bisa untuk menjamu bilamana ada acara Monet juga lainnya. Dan mudah-mudahan ini bisa berkembang, lebih banyak lagi hasilnya dan menjadi pendapatan Desa,” kata dia, pada Rabu 23/4/2025.
“Alhamdulillah untuk kendala dan resiko bahaya pada lingkungan tidak ada dan sangat minim, walaupun di lingkungan lahan Desa dekat dengan kesibukan perangkat Desa, atau ramenya anak-anak sekolah, yang kebetulan dekat dengan Sekolah Dasar, tapi sampai saat ini aman saja, dan tetap semuanya terisi, karena jenis lebah ini tidak menyerang ke warga, dan yang penting tidak terusik,” ujar H. Ridwan.
Ia juga mengatakan, kalo jenis lebah tersebut tidak mempunyai sengatan seperti lebah hutan, dan intinya binatang ini sangat ingin dekat dengan manusia.
“Jenis lebah teuwel tidak memiliki sengatan, dan sangat aman buat lingkungan, dan untuk lebah sendiri tidak terusik walaupun sering banyak orang, apalagi pas waktu ada kegiatan, kadang-kadang dari lebah hutan yang suka pindah keluar dari penangkaran,” jelasnya.
Untuk hasilnya H. Ridwan menambahkan, “Sementara hasil dari lebah tersebut, sampai sekarang ini, masih minim, hanya bisa didapat saat panen sekitar lima botol plastik yang isi 500gr, dan belum kami komersilkan, hanya untuk keperluan konsumsi masyarakat yang kekurangan imun, atau bisa untuk oleh-oleh saat ada kegiatan di Desa,” pungkasnya.
*(Muklis M.