Berita

INFLANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN KONVENSIONAL Apa itu inflansi?

62
×

INFLANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN KONVENSIONAL Apa itu inflansi?

Sebarkan artikel ini
Oplus_131072

Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas atau mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya. Adapun dalam perspektif islam dan konvensional itu berbeda, mari kita simak dengan baik dari tiap tiap perspektif islam dan konvensional.

Inflasi dalam Islam telah dikenal sejak zaman Nabi Muhammad SAW, di Madinah. Ulama/cendikiawan Muslim klasik juga telah mendefinisikan inflasi. Abu Yusuf (113‐182 H) adalah cendekiawan klasik pertama yang mendefinisikan inflasi.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Pandangannya tentang inflasi adalah harga umum meningkat karena terlalu banyak uang yang beredar. Ia mengatakan bahwa fluktuasi harga lebih banyak disebabkan oleh pasokan dan permintaan uang (inflasi moneter). Ini sesuai dengan zaman sekarang, dengan apa yang kita kenal model sisi permintaan atau model determinan inflasi moneter.

Pandangan ini kurang lebih mirip dengan pandangan konvensional Monetaris. Taqyuddin Ahmad Ibn Al-Maqrizi (1364-1441M) menyatakan bahwa inflasi merupakan fenomena alam yang mempengaruhi kehidupan masyarakat di seluruh dunia, di masa lalu, sekarang, dan masa depan.

Ia mengemukakan inflasi terjadi ketika harga umumnya naik dan terus menerus, dimana stok barang langka dan konsumen yang benar-benar membutuhkannya harus mengorbankan lebih banyak uang untuk jumlah barang yang sama. Ibnu Khaldun menyatakan bahwa harga naik (inflasi) akan terjadi jika barang langka (dorongan biaya) atau kelebihan permintaan (tarikan permintaan), sesuai dengan model kombinasi sisi permintaan dan sisi penawaran pada saat ini.

Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa harga naik (inflasi) atau menurun (deflasi) sering terjadi karena kurangnya produksi atau penurunan kebutuhan impor barang. Dengan kata lain, inflasi terjadi karena sisi penawaran yang terganggu. Di dalam dunia ekonomi modern, Ibn Taimiyyah mungkin termasuk dalam kelompok ‘Strukturalis’.

Strukturalis adalah kelompok yang memandang dan berpendapat bahwa inflasi disebabkan oleh gangguan sisi penawaran, dan juga masalah struktural.
Sedangkan inflasi menurut persfektif konvensional adalah inflasi didefinisikan sebagai proses peningkatan harga barang dan jasa secara umum dan berkelanjutan.

Inflasi tidak hanya terjadi karena kenaikan harga satu atau dua barang, tetapi harus meluas ke berbagai barang dan jasa lainnya. Inflasi sering kali diukur menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) dan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk peningkatan permintaan, biaya produksi, dan jumlah uang yang beredar di masyarakat.

Inflasi dapat mempunyai dampak positif dan negatif. Inflasi yang ringan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan pendapatan nasional dan mendorong investasi. Namun, inflasi yang tinggi atau hiperinflasi dapat menyebabkan ketidakstabilan perekonomian, menurunnya daya beli masyarakat, dan kesulitan bagi mereka yang bergantung pada pendapatan tetap.

Oleh karena itu, pemahaman tentang inflasi dalam perekonomian konvensional sangat penting untuk mengelola dan mengendalikan dampaknya terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

Meskipun perspektif konvensional dan Islam memiliki konsep yang berbeda tentang inflasi, namun terdapat persamaan pada kedua perspektif tersebut. Perspektif konvensional dan Islam sama-sama menyatakan bahwa inflasi akan terjadi apabila terdapat penurunan nilai tukar mata uang domestik.

Dalam perspektif Islam, inflasi terjadi ketika adanya penurunan nilai Dinar emas, Dirham perak, dan Fulus tembaga sebagai mata uang yaitu pada saat volume uang melebihi volume barang, dalam artian terdapat kelebihan uang beredar dalam perekonomian karena penciptaan uang. Hal ini mirip dengan pandangan Mazhab Monetaris, terutama Mazhab Austria, yang menegaskan bahwa Inflasi terjadi ketika adanya persediaan uang yang berlebihan terutama karena penciptaan uang dari pencetakan uang fiat dan penciptaan kredit dari sistem perbankan cadangan fraksional. Ibn Khaldun membedakan penyebab inflasi menjadi tarikan permintaan dan dorongan biaya.

Faktor penyebab inflasi tarikan permintaan ini termasuk output gap dan kelebihan jumlah uang beredar. Output gap (banyak permintaan atau sedikit pasokan) telah dinyatakan oleh Ibn Khaldun, sedangkan kelebihan uang beredar dinyatakan oleh Al-Maqrizi (terlalu banyak mata uang Fulus yang beredar) dan Abu Yusuf. Faktor-faktor tersebut serupa dengan yang dikemukakan oleh perspektif konvensional yaitu Mazhab Keynesian (untuk output gap), Monetarist, Rational Expectation, Austria (untuk kelebihan jumlah uang beredar).