MAKKAH—Menjelang Pemilihan Umum atau Pemilu 2024, para santri di Makkah
diimbau agar mengedepankan kerukunan dan persaudaraan sesama anak bangsa
meskipun berbeda pilihan. Para santri juga diimbau untuk menyambut
hajatan lima tahunan tersebut dengan menggunakan hak pilihnya.
Selain itu, para santri diingatkan agar memegang teguh tujuan awal pergi
jauh meninggalkan keluarga dan kampung halaman, yaitu niat menimba ilmu
di Tanah Suci Makkah Al-Mukarramah. Imbauan tersebut disampaikan Konsul
Jenderal (Konjen) RI Jeddah, Yusron B Ambary, di hadapan para santri
rubat dalam pertemuan silaturrahmi dan dialog yang digelar Senin, 30
Oktober 2023 di satu peristirahatan (istiraha) di Makkah.
Konjen RI Jeddah mengingatkan agar para santri selama belajar di Kota
Suci Makkah melengkapi diri dengan dokumen resmi alias tidak berstatus
ilegal. Kelengkapan dokumen seperti izin tinggal, kata Konjen, merupakan
sistem pelindungan diri yang utama dan bentuk kepatuhan dan penghormatan
kepada ketentuan atau hukum yang berlaku di Arab Saudi.
“Taati aturan-aturan yang ada. Sekarang makin ketat. Jangan foto
sembarangan. Jangan bawa-bawa aturan di Indonesia kita paksakan di sini.
Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung,” pesan Konjen seraya
menyisipkan pribahasa populer yang berisi nasihat dan prinsip hidup
dalam bermasyarakat.
Disampaikan Konjen Yusron, KJRI Jeddah kerap menangani kasus-kasus
jemaah atau WNI gara-gara kurang bijak dalam menggunakan media sosial,
mengambil foto sembarangan, membentangkan spanduk dan mengibarkan
atribut-atribut yang beraroma politis dan bisnis.
Para santri juga diingatkan bahwa keberadaan mereka di Arab Saudi
merupakan representasi Indonesia. Dalam dunia diplomasi mereka dikenal
dengan istilah non-state actor atau pelaku non-negara yang turut
berperan dalam mengenalkan Indonesia kepada dunia dan mempromosikan
citra dan potensinya.
Lebih lanjut, Konjen Yusron juga mendorong santri agar pulang segera
setelah menuntaskan tugas belajarnya di Makkah dan mengamalkan ilmunya
di tanah air.
“Jangan malah betah di sini ngurusin jemaah umrah. Sayang ilmunya hanya
dipake untuk jemaah umrah. Jadi ada manfaatnya, daripada sekedar jadi
mutawif,” pesan Konjen kepada para santri yang berasal dari berbagai
daerah di tanah air dan bernaung di bawah perkumpulan atau rubat,
seperti Rubat Jawa, Rubat Lombok dan Rubat Mandailing.
Sambil mengaji kepada para ulama di Makkah, sebagian santri belajar di
Shalatiyah, madrasah tertua di satu wilayah yang dahulu dikenal dengan
sebutan Hijaz. Madrasah legendaris di Tanah Suci Makkah tersebut
didirikan oleh seorang ulama besar, imigran asal India bernama Syekh
Rahmatullah Ibnu Khalil al-Hindi al-Dahlawi
Dituturkan oleh Dr. Ahmad Fahmi, Ketua Syuriah PCINU Arab Saudi Saudi
dan pengajar di sekolah tersebut, Madrasah Shalatiyah merupakan tempat
belajar tiga ulama besar asal Indonesia, yaitu K.H. Hasyim Asy’ary
(pendiri Nahdlatul Ulama), K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah),
K.H. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (pendiri Nahdlatul Wathan
Lombok-NTB).
Dalam pertemuan tersebut, Konjen RI Jeddah didampingi Pelaksana Fungsi
Konsuler-2, Darmawan Hadi, dan Staf Teknis Imigrasi-2, Midran Dylan.
Turut hadir pula dalam pertemuan tersebut Syekh Salim Majid Rahmatullah,
cicit pendiri Madrasah Shalatiyah, bersama sejumlah guru dari madrasah
tersebut.