NasionalPolitik

Impor 200 Ton Beras, Kinerja Kementan Diangap Gagal

116
×

Impor 200 Ton Beras, Kinerja Kementan Diangap Gagal

Sebarkan artikel ini

JOURNAL NEWS ● Kinerja Kementerian Pertanian (Kementan) terus menuai polemik. Bahkan sangat buruk, pasalnya Indonesia masih saja mengandalkan impor beras padahal lahan dibisa dibilang cukup besar.

Padahal janji presiden waktu kampanye lalu tak akan impor beras tapo semua itu sia-sia.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Hal itu dikatakan Direktur Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie kepada media Minggu (11/12/2022).

Lanjut kata Jerry, di era Soeharto pangan sangat melimpah bahkan pada tahun 1984, Indonesia bisa swasembad pangan, tak ada istilah impor beras. Justru kita dikenal sebagai raja ekspor komoditas unggulan.

Kala itu, kita mengekspor 5 produk ini bawang putih, kedelai, garam, daging sapi dan beras Tapi miris, sekarang kita mengimpornya.

“Saya kira dengan impor 200 ton beras Kementan gagal total dalam membangun lumbung pangan di tanah air. Alasannya, para dirjen yang duduk tak menguasai bidang pertanian, maka perlu di reformasi. Harus orang yang expert di bidang pertanian yang duduk sebagai dirjen,” kata Jerry.

Sebenarnya, Indonesia harus malu ujarnya, lantaran dengan lahan pertanian saat ini seluas 70 juta Ha itu bisa menghasilkan produksi pangan yang signifikan.

Lanjut kata dia, petani Indonesia kalah kelas, lantaran hanya mampu menghasilkan rata-rata 5,01 ton padi per hektar. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan produktivitas petani Vietnam dan Thailand yang hanya menghasilkan masing-masing 3,7 ton per hektar dan 4,5 ton per hektar.

Swharusnya keberhasilan pangan di era Soeharyo patut ditiru. Pada 1984 Indonesia berhasil swasembada beras dengan angka produksi sebanyak 25,8 ton. Atas pencapaian ini Presiden Soeharto kala itu meraih penghargaan dari FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985. Pasalnya, pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk dapat mempertahankan hidup.

Disaat negara-negara lain siap berbenah menghadapi krisis pangan pada 2023 mendatang, justru kita hanya sibuk membangun proyek infrastrutur sampai IKN. Alangkah baiknya, anggaran infrastrutur ini dialihkan ke bidang perranian.

Sementara itu kata dia anggaran pertanian sangat kecil. Badan Anggaran DPR RI, yang semula sebesar Rp15.422.181.379.000, namun mengalami realokasi sebesar Rp103.525.552.000. Sehingga menjadi sebesar Rp15.318.655.827.000,00.

Berbeda jauh dengan anggaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur yakni Rp392 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2023. Angka itu naik 7,8% dari anggaran tahun ini yang sebesar Rp363,8 triliun.

“Pada intinya, Indonesia belum mampu memperkuat ketahanan pangan nasional, jadi kita bisanya hanya mengandalkan impor beras 1 juta ton dan kini 200 ribu ton,” tegasnya.( Red )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *